Okupansi Hotel Menurun, BUVA Pilih Hati
Awal tahun 2025 tampaknya menjadi periode yang cukup menantang bagi bisnis properti, tak terkecuali PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA). Hingga Mei 2025, tingkat okupansi dua hotel milik Perseroan di Bali, yakni Alila Ubud dan Alila Uluwatu, tercatat merosot menjadi 53,8% dibandingkan 56% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Tekanan ekonomi global, terutama akibat ancaman tarif dari Amerika Serikat, ikut membayangi performa sektor ini.
Meski terjadi penurunan okupansi, BUVA masih mampu menjaga pertumbuhan pendapatan berkat kenaikan rata-rata harga kamar sebesar 11%. Dengan strategi penyesuaian harga tersebut, perusahaan berhasil meredam dampak dari turunnya tingkat hunian.
Sekretaris Perusahaan BUVA, Rian Fachmi, optimistis kinerja akan membaik di paruh kedua tahun ini. "Kami perkirakan kondisi usaha akan membaik di sisa waktu tahun 2025 yang berdampak positif terhadap tingkat hunian dan tentunya pendapatan Perseroan setelah terdapat kepastian atas berbagai tantangan ekonomi dunia," jelas Rian.
Baca Juga: Perkuat Modal, Emiten Perhotelan BUVA Berencana Right Issue 3,6 Miliar Saham
Meski peluang memperluas pasar melalui kemitraan internasional cukup terbuka, BUVA memilih untuk tetap berhati-hati. Hingga saat ini, Perseroan belum memiliki rencana menggandeng mitra global demi meningkatkan okupansi maupun positioningproperti.
"Perseroan menjalankan prinsip kehati-hatian dalam ekspansi dimana ekspansi tersebut harus dilaksanakan secara integral dan selaras dengan konsep yang telah ada dan dengan biaya investasi terkontrol untuk menghasilkan hasil yang maksimal," ujar Rian.
Baca Juga: Meski Pertumbuhan Ekonomi Merosot, Pengembang Yakin Pasar Properti Tetap Bergairah
Terkait ketahanan operasional di skenario terburuk, Rian menyebut bahwa properti BUVA sudah lebih efisien pasca pandemi COVID-19. Kini, properti dapat tetap berjalan dengan tingkat efisiensi yang lebih baik dimana tingkat hunian titik imbas hotel berada di angka 30-35%.
Hal ini tentunya memberikan ketahanan hotel untuk tetap beroperasi dalam suatu jangka waktu tertentu. Namun, Rian menegaskan, "Kami tidak bisa membuat suatu perkiraan suatu jangka waktu properti dapat tetap beroperasi tanpa menimbulkan kerugian besar terhadap Perseroan karena akan tergantung dari berbagai faktor yang mempengaruhi skenario kurang baik tersebut."
(责任编辑:娱乐)
- Anies Baswedan Pamer Sekamar dengan Prabowo saat Reuni, Punya Panggilan Akrab Ibob
- Awasi Pelaksanaan Haji, DPR Bentuk Timwas Lokal di Makkah: Anggotanya WNI di Arab Saudi
- Soal Pengembalian UN, PBNU: Perlunya Standarisasi Pendidikan
- Acara Gowes Bareng Pramono Bakal Lintasi JLNT, Komunitas Pesepeda dan Pejalan Kaki Menolak
- Cek Jadwal Pengumuman Hasil SKD CPNS 2024, Peserta Jangan Sampai Lupa!
- Bandung Kembali Bergema Lewat Bank bjb Bandoeng 10K: Ribuan Pelari Hidupkan Semangat Kota
- Kemenperin Belum Bisa Berikan Izin Edar iPhone 16 Meski Apple Bakal Bangun Pabrik, Ini Penyebabnya
- Pemprov DKI Pikir
- Tingkatkan Produktivitas, Menteri Maman Minta Pengusaha UMKM Adopsi Teknologi Digital
- Polisi Jaga Ketat Laga Persija vs Persebaya di SUGBK: Penonton Dilarang Bawa Petasan hingga Miras
- Semanggi Tak Bercahaya Lagi, Pramono Geram Lampu Dicuri
- Masuknya Prabowo dalam 10 Pemimpin Berpengaruh di Dunia Diapresiasi Garuda Asta Cita Nusantara
- Kopi Lelet Pandawa UMKM Binaan SIG Berhasil Tembus Pasar Nasional, Omzet Capai Rp30 Juta per Hari
- OCCRP Klarifikasi soal Jokowi Tokoh Terkorup 2024: Tak Punya Bukti Langsung
- Kemendukbangga Tegaskan Komitmennya Tangani Stunting di Indonesia
- Dua Hari Gelar Tenda, 15 Orang Demo di Depan Balai Kota Minta Dirut Bank DKI Dicopot
- Kawal Kerja Pansus DPRD DKI, Demokrat: Kami Ingin Produk Legislasi Konkret!
- Kado Hardiknas! Pelajar dan Mahasiswa di Jakarta dapat Kesempatan Klaim Saldo Dana Kaget Hari Ini
- Hasto Tanggapi Langkah Ridwan Kamil Minta Restu Jokowi: Mentalitas Kalah!
- Bongkar Muat Biang Kerok Macet Parah di Tanjung Priok! Polisi Siapkan Jalur Alternatif